PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009

PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009 - Hallo sahabat SKRIPSI OLAHRAGA, Pada sharing Film kali ini yang berjudul PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009, saya telah menyediakan SKRIPSI OLAHRAGA Terbaru. mudah-mudahan isi postinganSKRIPSI OLAHRAGA yang saya tulis ini dapat anda Koleksi. okelah, ini dia SKRIPSI OLAHRAGA.

SKRIPSI OLAHRAGA : PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009
Judil : PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009

lihat juga


PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah            

Pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna. Morse (1964) membedakan pengertian istilah Pendidikan Liberal (Liberal Education) dengan Pendidikan Umum (GeneralEducation). Dia mengakatakan bahwa Pendidikan Liberal lebih berorientasipada bidang studi dan menekankan penguasaan materinya. Tujuan utamanya adalah penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan bahkan jikamungkin sampai tuntas. Sementara itu, Pendidikan Umum lebih bersifat memperhatikan “pelakunya” dari pada bidang studi atau materinya. Tujuan utamanya adalah mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakam pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang berisi jasmani itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apa bila banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.
Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani yakni aktivitas jasmani yang pada umumnya (meskipun tidak selalu) dilakukan dengan tempo yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dan keterampilan yang tidak perlu terlalu cepat, terlalu halus, dan sempurna atau berkualitas tinggi, agar diperoleh manfaat bagi anak-anak didik. Meskipun sarana pendidikan tersebut fisikal, manfaat bagi anak-anak didik mencakup bidang-bidang non-fisikal seperti intelektual, sosial, estetik dalam kawasankawasan kognitif maupun afektif.

Dengan perkataan lain pendidikan jasmani berusaha untuk mengembangkan pribadi secara keseluruhan dengan sarana jasmani yang merupakan saham, khususnya yang tidak diperoleh dari usaha-usaha pendidikan yang lain karena hasil pendidikan dari pengalaman jasmani tidak terbatas pada perkembangan tubuh atau fisik. Pendidikan jasmani berkewajiban meningkatkan jiwa dan raga yang mempengaruhi semua aspek kehidupan sehari-hari seseorang atau keseluruhan pribadi seseorang. Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan keseluruhan yang mencakup semua kawasan baik organik, motorik, kognitif, maupun afektif, karena manusia dipandang seutuhnya.
Namun demikian pelaksanaan pendidikan jasmani di Indonesia terasa masih belum cukup memuaskan apa bila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain atau dibandingkan dengan perannya sebagai bagian dari pendidikan secara umum. Kelemahan itu tampak dalam beberapa aspek seperti :
a.  Faktor ketenagaan khususnya guru yang menangani bidang studi tersebut selain jumlahnya memang masih kekurangan, kualifikasinya juga masih rendah (sebagian guru generalis) atau tidak sesuai dengan tugasnya.
b. Infrastruktur olahraga pendukung, termasuk sarana dan prasarana yang memungkinkan siswa untuk memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk aktif bergerak atau bermain sesuai dengan fitrahnya.
c. Kekurangan dana untuk menyelenggarakan program yang akan menghasilkan perubahan bermakna dan hasil belajar yang diharapkan. 
d.   Pemahaman dan penguasaan dasar-dasar pendidikan jasmani secara mendalam perlu dimiliki oleh setiap penyelenggara pendidikan jasmani. Upaya ini juga berkaitan dengan penyelarasan landasan teoritis dengan penerapan dilapangan. Konseptual dan penyelenggaraannya.
e.   Minat belajar siswa itu sendiri juga bisa merupakan masalah keadaan psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di sekolah.
Dunia pendidikan tidak akan berkembang tanpa memperbaiki proses belajar mengajar yang mampu mengembangkan daya kreativitas dan aktivitas siswa, sehingga siswa memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu belajar sangatlah penting bagi siswa untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengadakan perubahan dalam dirinya secara keseluruhan, baik pengetahuan, ketrampilan maupun interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu keberhasilan belajar bukan hanya tergantung kepada kecemerlangan otak, tetapi sikap kebiasaan dan pengetahuan awal diduga juga mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan siswa, begitu juga dengan minat siswa itu sendiri, karena dengan adanya minat seseorang dalam melakukan suatu kegiatan akan menjalankannya dengan penuh semangat untuk mencapai tujuannya dan akhir kegiatan dia akan merasakan manfaat akan apa yang sudah dilakukan. Kecuali hal-hal yang disebutkan diatas, ada atau tidaknya hambatan dalam
belajar merupakan hal yang mungkin juga berpengaruh terhadap keberhasilan balajar pada siswa.
Pelajaran penjas merupakan salah satu mata pelajaran dari sekolah yang mulai diajarkan pada sekolah dasar sampai sekolah menengah umum bahkan sampai ke perguruan tinggi. Disekolah dasar pelajaran penjas belum diajarkan secara khusus, tetapi secara tidak langsung mereka telah mengenal dan mempelajari ilmu penjas. Bagi siswa sekolah menengah umum mungkin pelajaran penjas sudah tidak asing lagi karena mereka telah memperoleh pengetahuan dasar tentang pelajaran penjas dengan baik, maka tidak sedikit diantara mereka yang merasakan bahwa pelajaran penjas sulit dipahami, sehingga dengan demikian siswa mau melakukan dan mempelajari pelajaran penjas.
Dengan berdasarkan pemikiran di atas maka prestasi belajar penjas perlu adanya penataan dari berbagai segi antara lain dalam kaitannya dengan pengetahuan dasar siswa, cara belajar siswa dan juga kesiapan yang bersangkutan sebelum mengikuti suatu pelajaran. Dunia pendidikan tidak akan berkembang tanpa memperbaiki proses belajar mengajar yang mampu mengembangkan tanpa memperbaiki proses belajar mengajar yang mampu mengembangkan daya kreativitas dan aktivitas siswa, sehingga memperoleh
hasil yang maksimal.
Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu mengembangkan aktivitas dan hasil belajar yang maksimal merupakan sebagian tugas pengajar.  Tetapi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan siswa adalah minat belajar siswa. Minat belajar merupakan masalah anak didik yang diterima baik disekolah maupun dirumah. Minat juga merupakan keadaan psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa. Kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka diharapkan hasilnya akan lebih baik. Sebaliknya bila tidak berminat jangan diharapkan akan berhasil baik dalam mempelajari hal tersebut (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang,1989:150).
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah peserta didik secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu. Dengan kata lain untuk dapat melakukan sesuatu kegiatan harus ada rasa minat terlebih dahulu didalam diri seseorang. Disamping itu minat siswa sangat diperlukan untuk menunjang jalannya proses belajar mengajar pendidikan jasmani.
Berdasarkan studi pendahuluan, ternyata tidak semua siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) kota Ponorogo aktif dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Ada yang males-malesan, ada yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, bahkan ada diantaranya dengan berbagai dalih berusaha untuk tidak mengikuti pelajaran pendidikan jasmani.
Berdasarkan kecendurungan perilaku siswa, kemungkinan faktor minat merupakan salah satu faktor penyebab terhadap ketidak aktifan sebagian besar siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, ini berarti minat siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) kota Ponorogo dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dikategorikan masih rendah.
Ada indikasi lain yang dapat mempengaruhi kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani diantaranya dari sarana dan prasarana yang terbatas, dari siswa sendiri yang kurang tertarik dengan pelajaran pendidikan jasmani, kemungkinan juga dari pihak guru pendidikan jasmani yang terlalu otoriter dalam mengajar. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu kecerdasan, kerajinan, keadaan sosial, ekonomi, fasilitas belajar, kondisi lingkungan siswa dan minat siswa itu sendiri.
Penyebab kurangnya minat belajar pendidikan jasmani dapat ditinjau dari proses belajar pendidikan jasmani di sekolah. Sejumlah guru memandang hanya dari satu segi saja yaitu berapa banyak bahan pelajaran yang akan dibahas. Sedangkan pertanyaan yang bersifat psikologis seperti minat belajar dikesampingkan. Padahal kita tahu bahwa pelajaran penjas merupakan mata pelajaran yang bersifat konkret, sehingga siswa perlu mendapatkan rangsangan minat agar belajarnya lebih giat.
Faktor lain yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah aktivitas belajar. Aktivitas belajar penjas juga berbeda-beda, hal ini disebabkan karena faktor yang mendukung aktivitas juga berbeda-beda. Dengan aktivitas pendidikan jasmani yang berbeda-beda, maka penguasaan terhadap pelajaran pendidikan jasmani juga berbeda-beda. Semakin tinggi aktivitas belajar penjdidikan jasmaninya, maka penguasaan terhadap pendidikan jasmaninya juga akan semakin bagus. Belajar pendidikan jasmani akan terjadi dengan lancar apabila belajar itu dilakukan dengan kontinyu. Dengan aktivitas belajar yang mantap maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Kenyataannya bahwa dalam proses balajar mengajar, minat dan aktivitas belajar yang optimal sangat diperlukan oleh anak didik dalam usahanya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Lembaga pendidikan khususnya sekolah mempunyai tanggung jawab yang cukup besar dalam mengantisipasi masalah semacam itu, sehingga perlu adanya penelitian yang cermat untuk mengungkap fakta apa adanya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri kota Ponorogo. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang terkait, terutama berkenaan dengan minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran penjas.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul : “Pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Ponorogo tahun 2009 “

B. Rumusan Masalah
1.2.a Apakah ada pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri kota Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010 ?
1.2.b Berapa besar pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Ponorogo tahun pelajaran 2009/2010 ?


C. Tujuan Penelitian
1.3.a Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri kota Ponorogo tahun 2009/2010
1.4.b Untuk mengetahui berapa besar pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar penjas siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Ponorogo tahun 2009/2010

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.4.a Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang olahraga mengenai pengaruh minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran penjas dalam proses belajar mengajar di sekolah.
1.4.b Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berwenang dalam merumuskan kurikulum khususnya dalam mata pelajaran penjas.
1.4.c Agar siswa lebih meningkatkan minat belajarnya bukan hanya pada pelajaran penjas saja, tetapi juga pada mata pelajaran yang lainnya.















BAB II
LANDASAN TEORI


A. Minat

Minat merupakan masalah yang penting dalam pendidikan, apa lagi dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Minat yang ada pada diri seseorang akan memberikan gambaran dalam aktivitas untuk mencapai tujuan. Di dalam belajar banyak siswa yang kurang berminat dan yang berminat terhadap pelajaran termasuk didalamnya adalah aktivitas praktek maupun teori untuk mencapai suatu tujuannya.
Dengan diketahuinya minat seseorang akan dapat menentukan aktivitas apa saja yang dipilihnya dan akan melakukannya dengan senang hati. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik tersendiri baginya. Sehingga siswa segan untuk belajar, siswa tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu.
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Minat merupakan salah satu aspek psikis yang membantu dan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, maka minat harus ada dalam diri seseorang, sebab minat merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan. Dengan demikian minat harus menjadi pangkal permulaan dari pada semua aktivitas.
Beberapa pengertian minat antara lain :
a. Menurut Hilgard dalam bukunya Slameto (2003:57) “ minat adalah kecendurungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang “.
b. Menurut Crow and Crow dalam bukunya Abd. Rachman Abror (1935:135) “ Minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan “.
c. Menurut Drs. Slameto (2003:180) “ minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh “. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa minat adalah kecendurungan hati seseorang yang terarah kepada suatu obyek tertentu yang dinyatakan dalam berbagai tindakan, karena adanya suatu perhatian dan perasaan tertarik pada obyek.

1. Ciri-Ciri Minat
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. Asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.
Dorongan-dorongan yang ada pada diri anak, menggambarkan perlunya perlakuan yang luas sehingga ciri-ciri dan minat anak tergambar lebih terinci dan faktual, sesuai dengan usia dan kedewasaan mereka. Dengan demikian ciriciri dan minat anak akan menjadi pedoman penyelenggaraan program pendidikan jasmani dan arahannya dapat dikategorikan kedalam domain hasil belajar yaitu : psikomotor, afektif, kognitif dan domain yang lainnya. Dengan begitu kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar.
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri sesorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Misalnya seorang siswa menaruh minat terhadap bidang olahraga, maka siswa tersebut akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang olahraga. Dengan digunakannya sebagai pedoman, maka pandangan dan pengembangan program akan sesuai dengan ketepatan masa belajar, urutan, kecepatan dan ragam kegiatan yang akhirnya akan mendapatkan hasil yang diinginkannya.
Dalam hal ini dianjurkan untuk tidak menggunakannya pendekatan yang telah terbiasa yaitu pilihan kegiatan berdasarkan anjuran guru sebab pendekatan yang demikian akan berdampak terhadap keterbatasan pandangan siswa, karena kalau berdasarkan anjuran dari guru seolah-olah kegiatan itu sekedar memenuhi kebutuhan guru, bukan kebutuhan siswa.
2. Bentuk-Bentuk Minat
Minat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a.  Minat Primitif
Minat primitif disebut juga minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan makan, bebas bergaul dan sebagainya. Jadi pada jenis minat ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan dorongan untuk mempertahankan organisme.
b.  Minat Kultural
Minat kultural disebut juga minat sosial yaitu berasal atau diperoleh dari proses belajar. Jadi kultural disini lebih tinggi nilainya dari pada minat primitif.

3. Unsur-Unsur Minat
Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu
memiliki beberapa unsur antara lain :
1. Sikap
2. Kemauan
3. Ketertarikan
4. Dorongan
5. Ketekunan
6. Perhatian
 (Abd. Rachman Abror, 1989)
Dari keenam unsur minat tersebut dapat dibuat indikator-indikator yang dapat digunakan dalam pembuatan angket minat, sehingga angket yang dibuat megacu pada unsur-unsur minat yang telah dikembangkan.

4. Macam-Macam Minat
Menurut Dewa Ketut Sukardi yang mengutip pendapat Carl Safran, dikemukakan bahwa ada 3 cara yang dapat digunakan untuk menentukan
minat antara lain :
a. Minat Yang Diekspresikan / Expressed Interest Seseorang dapat mengungkapkan  minat atau pilihannya dengan katakata tertentu. Misal : seseorang mungkin mengatakan bahwa dirinya tertarik dalam mengumpulkan mata uang logam dan perangko.
b. Minat Yang Diwujudkan / Manifest Interest Seseoarang dapat mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata malainkan dengan tindakan atau perbuatan yaitu ikut serta berperan aktif dalam suatu kegiatan. Misal : kegiatan pramuka, drama, dan sebagainya yang menarik minatnya.
c. Minat Yang Diinvestarisasikan / Inventord Interest Seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu. Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur minat seseorang disusun dengan menggunakan metode angket.

5.  Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Minat
Apa bila ada individu mempunyai minat terhadap suatu obyek atau aktivitas, maka ia akan berhubungan secara aktif dengan obyek atau aktivitas yang menarik perhatiannya itu. Ada beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar pada siswa, diantaranya adalah :
a         Arahkan perhatian siswa pada tujuan yang hendak dicapai.
b        Kenalilah unsur-unsur “permainan” dalam aktivitas belajar.
c         Rencanakan aktivitas belajar dan ikutilah rencana itu.
d        Pastikan tujuan belajar saat ini, misalnya menyelesaikan pekerjaan rumahatau laporan.
e         Dapatkan “kepuasan” setelah menyelesaikan jadwal belajar.
f         Bersikaplah positif menghadapi kegiatan belajar.
g        Latihlah “kebebasan” emosi selama belajar.
h        Gunakanlah seluruh kemampuan untuk mencapai target belajar setiaphari.
i          Tanggulangilah gangguan-gangguan selama belajar.
j          Berperan aktif dalam diskusi pelajaran di sekolah.
k        Dapatkan bahan-bahan yang mendukung aktivitas belajar.
l          Carilah pengajar atau guru yang dapat mengevaluasi hasil belajar.
(Y.B Sudarmanto,1993:4)

Menurut Crow and Crow minat terhadap suatu obyek atau aktivitas ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu :
a         The Factor Of Inner Urges ( Faktor Dorongan Dari Dalam ) Minat timbul karena pengaruh dari dalam untuk memenuhi semua kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani.
b        The Factor Of Social Motives ( Faktor Motif Dalam Lingkungan Sosial) Minat timbul karena pengaruh kebutuhan dalam masyarakat sekitar dilingkungan hidupnya bersama-sama orang lain
c         The Factor Of Emotional ( Faktor Emosi ) Minat timbul karena pengaruh emosi dari orang yang bersangkutan, artinya seseorang yang melaksanakan dengan perasaan yang senang, maka akan membuahkan hasil yang memuaskan dan sekaligus memperbesar minatnya terhadap suatu kegiatan tersebut.
Menurut Abu Ahmadi ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi minat yaitu sebagai berikut :
a         Pembawaan
Adanya pembawaan tertentu yang berhubungan dengan obyek yang direaksi, sedikit banyak akan timbul minat terhadap obyek tertentu tersebut dan kebiasaan. Meskipun merasa tidak ada bakat pembawaan tentang sesuatu bidang. Tetapi karena hasil dari latihan kebiasaan dapat menyebabkan munculnya minat terhadap bidang tertentu.
b         Kebutuhan
Adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan timbulnya minat terhadap obyek tersebut. Kebutuhan merupakan dorongan, sedang dorongan itu mempunyai tujuan yang harus dicurahkan kepadanya. Dengan demikian minat terhadap hal-hal tersebut pasti ada.
c         Kewajiban
Dalam menjalankan suatu kewajiban, maka tanggungan terhadap sesuatu itu harus dipenuhi oleh orang yang bersangkutan. Bagi orang yang bersangkutan, jika menyadari atas kewajibannya sekaligus menyadari penuh atas kewajibannya itu cocok atau tidak, menyenangkan atau tidak dia akan menjalankan kewajibannya dengan penuh minat.
d        Suasana Jiwa
Keadaan batin, perasaan pikiran dan sebagainya sangat mempengaruhi minat kita, yang mungkin dapat membuat atau mendorong dan sekaligus menghambat.
e         Suasana Disekitar
Adanya bermacam-macam perangsang disekitar kita, seperti kegaduhan, kekacauan, temperatur, sosial ekonomi, keindahan, dan sebagainya dapat mempengaruhi minat kita.
f         Kuat Tidaknya Perangsang
Seberapa besar kuatnya perangsang suatu obyek sangat mempengaruhi minat kita, kalau obyek itu memberikan perangsang yang  besar dan kuat kemungkinan minat kita terhadap obyek tersebut cukup besar, sedangkan apa bila obyek itu hanya memberikan perangsang yang kecil, maka kemungkinan minat yang timbul juga akan kecil.

B. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani

Pandangan pendidikan modern menganggap bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh (Holistik) yang mengandung arti bahwa jiwa dan raga merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sejalan dengan konsep tersebut maka pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Sudah barang tentu, penyelenggaraan pendidikan jasmani harus selalu sejalan dengan konsep tersebut.
Hubungan antara tujuan umum pendidikan, tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraannya harus terjalin dengan harmonis. Dengan demikian akan nampak bahwa pendidikan jasmani menempati posisi yang strategis bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan jasmani sesuai dengan konsep dan tuntutannya, maka para pengajar pendidikan jasmani selain harus memahami secara medalam tentang konsep dasarnya, aktivitas jasmani itu sendiri, dan juga landasan ilmiahnya.


1. Aktivitas Jasmani
Aktivitas jasmani dapat kita telusuri dari beberapa sudut pandang yang antara lain meliputi :
a         Aktivitas jasmani sebagai perilaku gerak manusia yang berada dibawah payung konsep gerak (Movement Science).
b        Aktivitas jasmani sebagai olahraga yang ditujukan berdasarkan disiplin olahraga (Sport Discipline).
Selain aktivitas jasmani itu sendiri, para penyelenggara pendidikan jasmani dituntut harus memahami secara mendalam beberapa disiplin lainnya yang berada dibawah payung pendidikan jasmani. Beberapa diantaranya adalah : Sport Medicine, Training Theory, Sport Biomekanik, Sport Psikologi, Sport Pedagogi, Sport Sosiologi, Sport History, dan Sport Philisopy.

2.  Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan dan merupakan alat pendidikan. Pendidikan Jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan keseluruhan.
Pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler, intelektual dan sosial. jasmani adalah kata sifat yang berasal dari kata jasad yang berarti tubuh atau  badan. Dengan pandangan ini maka pendidikan jasmani berkaitan dengan perasaan, hubungan pribadi, tingkah laku kelompok, perkembangan mental dan sosial, intelektual dan estetika. Pendidikan jasmani, meskipun berusaha untuk mendidik manusia melalui sarana jasmani dengan aktivitas-aktivitas jasmani atau aktivitas fisik tetap berkepentingan dengan tujuan pendidikan yang tidak semuanya jasmani atau fisik.




3.  Tujuan Pendidikan Dari Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah pergaulan pedagogik dalam dunia gerak dan penghayatan jasmani. Juga dikatakan bahwa guru pendidikan jasmani mencoba mencapai tujuannya mengajarkan dan memajukan aktivitasaktivitas jasmani. Pendidikan jasmani menampakan dirinya keluar sebagai pengajaran dalam latihan jasmani atau sebagai pengajaran gerak.
Isi dari aspek pendidikan ini ditentukan oleh intensi-intensi pedagogik atau tujuan pendidikan yang dipakai sebagai pegangan oleh guru pendidikan jasmani. Sesuai dengan berbagai modalitas dari hubungan manusia dengan dunianya, dengan benda-benda, dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri maka tujuan-tujuan yang dapat diraih adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Gerak
a         Memenuhi serta mempertahankan keinginan gerak.
b        Penghayatan ruang, waktu dan bentuk serta pengembangan perasaan irama.
c         Mengenal kemungkinan gerak diri sendiri.
d        Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap.
e         Memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan pengalaman  erak.
2. Pembentukan Prestasi
a         Mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan ketangkasan-ketangkasan.
b        Belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi (Kemauan, Konsentrasi, Keuletan, Kewaspadaan, Kepercayaan pada diri sendiri).
c         Penguasaan emosi.
d        Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri.
e         Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan bidang prestasi, dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat dan dalam olahraga.

3. Pembentukan Sosial
a         Pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan dan norma-norma bersama.
b        Mengikut sertakan kedalam struktur kelompok fungsional, belajar bekerja sama, menerima pemimpin dan memberikan pimpinan.
c         Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi-pribadi.
d        Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi pertolongan, emberi perlindungan dan berkorban.
e         Belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah secara ktif untuk pengisian waktu senggang.
4. Pertumbuhan Badan
a         Peningkatan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh,bersikap dan bergerak dengan baik dan untuk dapat berprestasi ecara optimal (kuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan dankesiap siagaan).
b        Meningkatkan kesehatan jasmani dan rasa tanggung jawab terhadapkesehatan diri dengan menbiasakan cara-cara hidup sehat.Tak ada pendidikan jasmani yang tidak bertujuan pendidikan. Takada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, sebab gerak adalahdasar untuk belajar mengenal dunia dan diri sendiri. Akhirnya perludiperhatikan batasan-batasan yang dikemukakan oleh UNESCO dalam“International Charter Of Physical Education and Sport“ berikut ini“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagaiindividu mampu sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadardan sistimatik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperolehpeningkatan kemampuan dari ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak “.

C. Konsep Belajar dan Mengajar
Bila terjadi proses belajar mengajar, maka bersama itu pula terjadiproses belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses atau saling berinteraksi antarayang mengajar dan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yangunik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja masing-masing pihak beradadalam suasana belajar. Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupanterjadi suatu proses belajar mengajar baik sengaja maupun tidak disengaja,disadari atau tidak disadari.
Dari proses belajar mengajar ini akan diperolehsuatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilahtujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yangmaksimal maka proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar sertaterorganisasi secara baik. Didalam proses belajar mengajar, guru sebagaipengajar dan siswa sebagai subyek belajar, dituntut adanya profil kualifikasitertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan sikap dan tata nilai serta sifat-sifatpribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

1.  Makna Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada diriseseorang dengan demikian belajar itu berlangsung dengan mengikuti langkahlangkahdan tahap-tahap tertentu, sehingga dapat mencapai suatu hasil belajaryang diinginkan. Hasil belajar tersebut dapat diamati dalam tingkah laku orangyang belajar itu. Ada pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secaramikro maupun secara makro, dilihat dalam arti luas maupun terbatas ataukhusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatanpsikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
Kemudian dalam artisempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmupengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknyakepribadian seutuhnya. Releven dengan ini maka ada pengertian bahwa belajaradalah “ penambahan pengetahuan “. Definisi atau konsep ini dalam praktekbanyak dianut disekolah-sekolah, para guru berusaha memberikan ilmupengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan ataumenerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai“ pengajar “, selanjutnya ada yang mendefinisikan bahwa “ belajar adalahberubah “.
Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubahtingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individuindividuyang belajar. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itusebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju keperkembanganpribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dankarsa, ranah kognitif, efektif dan psiko motorik.


2.  Tingkatan-Tingkatan Perbuatan Belajar
Kemampuan – kemampuan berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilansiswa diperoleh melalui tingkatan perbuatan belajar tertentu, tingkat perbuatanbelajar yang dimaksud adalah menemukan satu perangkat kemampuanintelektual yang ditata sedemikian sehingga dapat memberikan gambarantentang sejumlah kemampuan yang dapat dialihkan dari belajar tingkat rendahke belajar tingkat yang lebih tinggi. Belajar tingkat rendah merupakan dasaruntuk menguasai kemampuan tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikianterdapatlah tingkatan-tingkatan perbuatan belajar.
Perbuatan belajar yang mulamuladikuasai adalah kemampuan sederhana dan masih umum makin lamaperbuatan belajar meningkat pada yang lebih khusus dan kemudian menujupada penguasaan perbuatan belajar yang makin rumit.Pertanyaan pokok yang timbul kepada kita adalah apa manfaatnya kitamengetahui adanya tingkatan-tingkatan perbuatan belajar itu ? Tingkatan perbuatan belajar ternyata memegang peranan penting dalam kegiatan belajarmengajar.Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru adalah :
a         Berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang dikelola guru sebagiantergantung pada penguasaan belajar yang rendah. Belajar aturan atau prinsiphanya berhasil apa bila konsep-konsep yang relevan dengan prinsip yangakan dipelajari sudah dikuasai siswa.
b        Setiap perbuatan belajar yang diperoleh pada suatu tingkatan akansenantiasa bermanfaat untuk mempelajari konsep atau perbuatan belajaryang lebih tinggi.
c         Tingkatan belajar yang demikian mempunyai arti penting bagi siswa dalammenemukan satu perangkat kemampuan intelektual yang siap ditransfer ataudialihkan terhadap usaha mempelajari kemampuan-kemampuan yang lebihtinggi tingkatannya.
d        Tingkatan perbuatan belajar berhubungan erat dengan kondisi-kondisibelajar intern bukan dengan kondisi belajar ekstern.
e         Tingkatan perbuatan belajar yang tinggi tingkatannya diperoleh dengan tipeperbuatan belajar yang makin meningkat pula.


3.  Hasil Dari Perbuatan Belajar
Kebiasaan sebagai hasil perbuatan belajar kebiasaan sebagai hasil perbuatan belajar diperoleh dari suatu kebiasaan siswa menyapa orang tua, guru, teman dengan selamat pagi? Kebiasaan merupakan cara berbuat atau bertindak yang dimiliki seseorangdan diperoleh melalui proses belajar, cara tersebut bersifat tetap, seragamdan otomatis. Kebiasaan demikian tidak kita peroleh dengan begitu sajatetapi diperoleh dengan latihan berulang kali sehingga menjadi sesuatu yangberlaku secara otomatis walaupun tanpa kita sadari.
Ketrampilan sebagai hasil perbuatan belajarSetiap perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibatkegiatan otot yang digerakkan oleh sistem syaraf dapat dikategorikan dalambentuk ketrampilan. Ada yang menyatakan kebiasaan dengan ketrampilannamun demikian pada dasarnya kedua berbeda. Perbedaannya terletak pada :
a         Perbuatan kebiasaan terjadi secara otomatis dan tanpa disadari, sedangketrampilan adalah perbuatan yang terjadi dengan sadar dan diperlukanperhatian khusus.
b        Kebiasaan merupakan cara bertindak yang sama atau seragam, sedangketrampilan dapat berbeda-beda menurut waktu dan keadaan.
c         Ketrampilan dapat berfungsi dengan tepat apabila usaha atau latihanterus menerus diadakan, sedang pada kebiasaan usaha demikian tidakdiperlukan.
Ketrampilan dimulai dengan gerakan kasar yang tidak terkoordinir.Makin lama gerakan tersebut makin diperluas dengan koordinasi, diskriminasi(perbedaan), dan integrasi (perpaduan) sehingga terkuasailah sesuatuketrampilan yang diperlukan. Latihan gerak permulaan sesuatu ketrampilanakan sangat menentukan apakah ketrampilan itu akan dikuasai secara tepat danbaik atau tidak. Bahwa perbuatan belajar dalam ketrampilan merupakan suatuproses belajar melalui akumulasi dan kulminasi kordinasi serta integrasi gerakan-gerakan.
Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, namun harus jugadiingat sesuai dengan tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas dan baik.Belum tentu hasil pengajaran yang diperoleh mesti optimal karena hasil yangbaik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain dan terutamabagaimana aktivitas siswa sebagai subyek belajar. Suatu proses belajarmengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatanbelajar yang efektif. Dalam hal ini perlu disadari masalah yang menentukan bukan metode atau prosedur yang digunakan dalam pengajaran, bukan kolotatau modernnya pengajaran atau bukan pula konvensional atau progresifnya
pengajaran. Semua itu mungkin penting artinya, tetapi tidak merupakanpertimbangan akhir, karena itu hanya berkaitan dengan “alat“ bukan “tujuan“pengajaran.
Bagi pengukuran sukses pengajaran, memang syarat utama adalah“hasilnya“. Tetapi harus diingat bahwa dalam menilai atau menerjemahkan“hasil“ itu pun harus secara cermat dan tepat yaitu dengan memperhatikanbagaimana “prosesnya“. Dalam proses inilah siswa akan beraktifitas, denganproses yang tidak baik atau benar. Mungkin hasil yang dicapainya pun tidaakan baik, atau kalau boleh dikatakan hasil itu adalah hasil semu.
Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memilikiciri-ciri :
a         Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan cepat menghilang makahasil pengajaran itu berarti tidak efektif.
b        Hasil itu merupakan pengetahuan “ asli “ atau “ otentik “. Pengetahuan hasilproses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagiankepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhipandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuanitu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.
Dengan demikian permasalahan yang dihadapi oleh pengajaran yangdipandang baik untuk menghasilkan produk yang baik, adalah bagaimanamengorganisasikan proses belajar untuk mencapai pengetahuan otentik dantahan lama. Karena mengajar merupakan kegiatan mengorganisasikan prosesbelajar secara baik, maka guru sebagai pengajar harus berperan sebagaiorganisator yang baik pula.
Perlu ditambahkan, bagi seorang guru atau pengajarharus menyadari bahwa belajar adalah ingin “ mengerti “. Belajar adalahmencari, menemukan dan melihat pokok permasalahannya. Belajar jugadikatakan sebagai upaya memecahkan persoalan yang dihadapi. Hal ini membawa konsekuensi kegiatan mengajar dalam proses pengajarannya jugaharus menyesuaikan kondisi yang problematis dan guru membimbingnya.
Kemudian pengajaran yang dikatakan berhasil baik itu berdasarkan padapengakuan bahwa belajar secara esensial merupakan proses yang bermakna,bukan suatu yang berlangsung secara mekanis belaka, tidak sekedar rutinisme.
Menurut penelitian psikologis, mengungkapkan adanya sejumlah aspek yangkhas sifatnya dari yang dikatakan belajar penuh makna. Belajar yang penuhmakna itu adalah :
a         Belajar menururt esensinya memiliki tujuan .Belajar memiliki makna yang penuh, dalam arti siswa atau subyek belajar,memperhatikan makna tersebut
b        Dasar proses belajar adalah sesuatu yang bersifat eksplorasi sertamenemukan dan bukan merupakan pengulangan rutin.
c         Hasil belajar yang dicapai itu selalu memunculkan pemahaman ataupengertian, menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat dipahami danditerima oleh akal.
d        Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat, tetapi dapat jugadigunakan oleh situasi lain.

4.  Faktor-Faktor Yang Bempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadidua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktoryang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternadalah faktor yang ada diluar individu.
1. Faktor-Faktor Intern
Faktor-faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktorjasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.
a         Faktor Jasmaniah
1)      Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan besertabagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaanatau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorangterganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah atau punada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderanyaserta tubuhnya.
2)      Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baikatau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacattubuh juga berpengaruh terhadap belajar. Siswa yang cacat, belajarnyajuga agak terganggu. Semestinya siswa yang mengalami cacat tubuhitu hendaknya belajar pada lembaga pendidikan yang khusus.
b        Faktor Psikologis
1)      Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yangbaru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsepkonsepyang abstrak secara efektif, mengetahui relasi danmempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadapkemajuan belajar siswa dilihat dari siswa yang memiliki inteligensiyang rendah terhadap belajar.
2)      Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atausekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil balajar yang baik,maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yangdipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
3)      Minat
Minat adalah kecendurungan yang tetap untuk memperhatikandan mengenang beberapa kegiatan. Minat juga besar pengaruhnyaterhadap belajar, karena bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuaidengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya,karena tidak ada daya tarik baginya.
4)      Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Jika bahan pelajaranyang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnyalebih baik karena ia senang belajar, begitu sebaliknya terhadap siswayang bakatnya kurang didalam belajar.
5)      Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapatmendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padan yamempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan ataumenunjang belajar.
6)      Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhanseseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakankecakapan baru, sehingga anak yang sudah siap (matang) belajarnyaakan lebih berhasil dari pada anak yang belum siap (matang).
c         Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macamyaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Agarsiswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampaiterjadi kelelahan dalam belajarnya karena kelelahan itu mempengaruhisiswa dalam belajar.
2. Faktor-Faktor Ekstern
Faktor-faktor ekstren yang berpengaruh terhadap belajardikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah danfaktor masyarakat.
a         Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupacara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumagtangga dan juga keadaan ekonomi keluarga.
b        Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakuo beberapahal diantaranya adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengansiswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugasrumah.
c         Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruhterhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswadi dalam masyarakat sehingga siswa dapat dipengaruhi oleh kegiatankegiatanyang ada didalam masyarakat.

5.  Hubungan Antara Minat Belajar Dengan
Hasil BelajarBerdasarkan teori di atas, jelaslah bagi kita bahwa minat dapat berperansebagai pendorong bagi siswa untuk memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini
siswa yang mempunyai minat yang kuat dalam belajar dapat dikenali dariperhatian, kemauan dan konsentrasi. Sebaliknya siswa yang mempunyai minatrendah juga mudah dikenali dar tingkah laku yang tidak sungguh-sungguh,cepat bosan,dan berusaha menghindari dari kegiatan-kegiatan belajar.
Peran serta yang ditimbulkan karena adanya minat dapat mempengaruhi aktivitasbelajarnya yang pada akhirnya merupakan suatu usaha untuk mencapai hasilbelajar yang maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa minat belajar penjasberhubungan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran penjas. Karena semakin tinggi minat belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula gairahbelajarnya, selanjutnya akan memperbesar usaha belajar siswa, sehingga padaakhirnya semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa terrsebut.
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat danperhatian siswa dalam belajar. Oleh karena itu guru dihadapkan terutamadengan penemuan minat sesudah diperoleh pada suatu tingkat belajar, sehingga dia dapat merencanakan pelajarannya untuk menemukan tingkat perbedaanperhatian-perhatian yang timbul dari pengalaman-pengalaman.
Lebih jauh didorong kearah untuk merencanakan sedemikian rupa bimbingannya dalambelajar dimana dia menghendaki mungkinnya tiap-tiap pelajar untukmengembangkan minatnya terhadap apa yang tengah dipelajarinya selama diamelanjutkan studinya.William James 1890 (dalam bukunya Slameto, 1987:22) melihat bahwaminat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajarsiswa. Jadi efektif faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
Mengingat pentingnya minat dalam belajar, seorang tokoh pendidikan dari belgia, yakni Ovide Declory (1871-1932) mendasarkan sistempendidikannya pada pusat minat anak.Mursell dalam bukunya Successful Teaching, memberikan suatuklasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada siswanya. Ia mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya ialah bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya setiapanak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat anak dalam belajar.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN



A. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. (SuharsimiArikunto, 1998:115). Penelitian populasi dilakukan apa bila peneliti inginmeneliti semua elemen yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN kota Ponorogo tahun 2009/2010 yang berjumlah :
Sumber : Data Penelitian 2009

B. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (SuharsimiArikunto, 1998:117). Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukandengan proposional random sampling, proporsi yang dipakai sebesar 10 %pada setiap MAN (Suharsimi Arikunto, 1998:120).
Sumber : Data penelitian 2009

Adapun teknik random samplingnya (sampel acak), yaitu penelitimencampur subyek-subyek didalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepadasetiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.Sedangkan cara yang digunakan adalah dengan cara undian, karena bagipeneliti cukup sederhana dan kemungkinan kesalahan dapat dihindari. Cara undiannya yaitu pada kertas kecil-kecil kita tuliskan subyek, satunomor untuk tiap kertas sesuai dengan jumlah siswa di kelas, kemudiankertas ini kita gulung dengan tanpa prasangka, setelah itu kita mengambilgulungan kertas satu persatu sesuai dengan jumlah sampel yang telahditentukan. Nomor yang tertera pada kertas yang terambil itu kemudian dicocokkan dengan nama anak yang tercantum didalam buku presensi kelas. Anak itulah yang menjadi subyek sampel penelitian. Jadi dalampengambilan teknik random sampling ini, sampel yang diambil olehpeneliti tiap kelasnya yaitu jumlah sampel siswa tiap sekolah dibagidengan jumlah kelas tiap sekolah.

C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titikperhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998:99). Penelitian initerdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah objek atau gejala-gejala dalam penelitian yang bebas dan tidak tergantungdengan hal-hal lain dilambangkan dengan (X) dan variabel terikat adalah objek atau gejala-gejala yang keberadaannya tergantung atau terikatdengan hal-hal lain yang mempengaruhi dilambangkan dengan (Y).berdasarkan judul penelitian, maka terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas (X) yakni : minat belajar siswa pada pelajaran penjas.
2. Variabel terikat (Y) yakni : hasil belajar siswa pada pelajaran penjas.

D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah :
a         Metode Angket (Kuesioner)
Kuesioner yaitu : sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakanuntuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentangpribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998:140). Metode angket ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar minat belajar siswa terhadap hasil belajar pada pelajaran Penjas.
Metode angket yang digunakan adalah angket langsung, yaitudaftar pertanyaan diberikan langsung pada siswa untuk diminta pendapat tentang keadaannya sendiri. Dalam hal ini angket yang digunakan adalahtipe angket pilihan. Kriteria pemberian skor pada alternatif jawaban untuk setiap item angket adalah sebagai berikut :
Untuk tiap item angket dengan 4 alternatif jawaban yaitu :
1. Skor 4 untuk jawaban a
2. Skor 3 untuk jawaban b
3. Skor 2 untuk jawaban c
4. Skor 1 untuk jawaban d
b        Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama dan jumlah siswa yang menjadi anggota sampel dalampenelitian.

E. Metode Penyusunan Instrumen
1.  Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu dalam pengumpulan data.Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini yaitu instrumen minatbelajar siswa mengikuti mata pelajaran penjas yang berupa angket.Sedangkan untuk instrumen hasil belajar siswa diperoleh dari nilai raport.

2.  Analisis Uji Coba Instrumen
a         Validitas Item
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kualitas atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998)untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product moment
yaitu :
Dimana :
xy = Koefisien korelasi tiap item
Ν = Jumlah subyek
ΣΧ = Jumlah skor item
ΣΥ = Jumlah skor total
(Suharsimi Arikunto, 1998:256)

b        Reliabilitas angket
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alatpengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (SuharsimiArikunto, 1998). Didalam penelitian ini untuk mencari reliabilitas alatukur digunakan teknik dengan menggunakan rumus Alpha :
Dimana :
Χ r = Reliabilitas
κ = Banyak butir pertanyaan / Banyak soal
Σσ bσ = Jumlah varians butir
σt2 = Varians total
(Suharsimi Arikunto, 1998)
Sedang untuk mencari varians butir dengan rumus :
keterangan :
σ = Varians tiap butir
x = Jumlah skor butir
N = Jumlah responden
(Suharsimi arikunto,2002)



F. Metode Analisis Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan tentang masalah yan akanditeliti, untuk itu apabila semua data sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dari hasil tersebut untuk memperoleh suatuke simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian iniadalah dengan analisis deskriptif  persentase dan analisis regresi korelasisederhana dan ganda.

3.  Analisis Deskriptif Persentase
Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel padapenelitian, yang terdiri dari tingkat kesegaran jasmani, minat belajar, dan hasilbelajar. Adapun rumusnya adalah :
Keterangan :
% = Nilai persentase / hasil
n = Jumlah frekuensi tiap kategori
N = Jumlah seluruh responden
(Mohammad Ali, 1994 : 124)

4.  Analisis Regresi
Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh minat belajar siswa pada pelajaran penjas terhadap hasil belajar penjas. Adapun rumus regresinya adalah : Υ = a + bx (Sudjana, 1989 :312). Perhitungan analisis regresi ini menggunakan komputerisasi dengan sistim SPSS versi 11 (Syahri Alhusen, 2003 : 182).

G. Hipotesis
Hipotesis sebagai dugaan sementara atau pendapat yang lemah,sehingga perlu dibuktikan dulu kebenarannya. Rumusan hipotesis yangdiambil sebagai dasar dugaan sementara bahwa, minat belajar siswamempengaruhi hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran penjas
DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 1986. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV.Rajawali.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ateng, Abdulkadir. 1992. Asas Dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Dirtjen Dikti.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka.
Husdarta, Drs. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Lutan, Rusli. 2000. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta : Dirtjen Dikti.
Natawidjaya, Rochman. 1978. Psikologi Pendidikan. Jakarta : C.V. Mutiara.
Slameto, Drs. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Soejoedi, Imam. 1979. Pengantar Buku Pegangan Guru Olahraga SPG. Jakarata : Depdikbud.
Sudarmanto, Y.B. 1993. Tuntutan Metodologi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Suherman, Adang. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta : Dirtjen Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Sukardi, Dewa Ketut. 1989. Perkembangan Minat. Jakarta : Aksara Baru. Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada


Demikianlah SKRIPSI OLAHRAGA PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009

Sekian SKRIPSI OLAHRAGA PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan SKRIPSI OLAHRAGA Terbaru kali ini.

Anda sedang membaca artikel PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009 dan artikel ini url permalinknya adalah http://skripsior.blogspot.com/2012/09/pengaruh-minat-belajar-terhadap-hasil.html Drama Streaming Lainnya DSKRIPSI OLAHRAGA KUMPULAN DATA DATA SKRIPSI TENTANG OLAHRAGA ,PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009SKRIPSI OLAHRAGA KUMPULAN DATA DATA SKRIPSI TENTANG OLAHRAGA .

0 Response to "PENGARUH MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI KOTA PONOROGO TAHUN 2009"

Posting Komentar